PoskuPaz.com, Pesisir Barat -Way Haru merupakan sebuah desa terpencil diujung Kecamatan Bengkunat Kabupaten Pesisir Barat, Lampung.
Terhimpit diantara samudra Hindia dan Tanaman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) membuat pembangunan jalan menuju Pekon Way Haru masih sangat jauh dari kata layak.
Way Haru merupakan satu satunya Pekon (Desa) yang masih terisolir hingga saat ini di Kabupaten Pesisir Barat.
Butuh tujuh jam perjalanan dengan berjalan kaki untuk menuju Desa Way Haru dari Kecamatan Bengkunat, dengan akses jalan terjal dan berlumpur.
Lalu, Apakah arti Way Haru dan Apa maknanya? maka jawabannya pasti akan sangat beragam.
Di mata Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Way Haru mungkin berarti, wilayah enclave yang harus diawasi dengan ketat keberadaannya agar fungsi kawasan Taman Nasional Bukti Barisan Selatan (TNBBS) tetap kuat terjaga.
Sebab KLHK melalui Balai Besar TNBBS memang bertugas memproteksi kawasan taman nasional dari segala bentuk aktivitas yang mengancamnya, termasuk aktivitas warga yang mungkin tidak paham fungsi taman nasional.
Kemudian, mungkin bagi kelompok bisnis Artha Graha Group, Way Haru adalah ladang bisnis berbalut konsep konservasi.
Sebab, anak perusahaan mereka, PT Adhiniaga Kreasinusa adalah pemegang ijin pengelolaan TNBBS dalam bentuk resort mewah terpencil bernama Tambling Wildlife Nature Conservation.
Wilayah kerja bisnis ini memang berbatasan langsung dengan Dusun Pengekahan yang merupakan dusun terjauh Way Haru.
Maka, atas nama pemisahan diri tamu resort yang berciri eksklusif, upaya isolasi terhadap wilayah Way Haru dan sekitarnya menjadi penting.
Lalu, apa arti dan makna Way Haru bagi Iman Sulaiman, petani asal Pekon Siring Gading, Way Haru sendiri.
Meski pembangunan di Way Haru compang camping tidak ada listrik dan sangat minim fasilitas, tidak mempunyai akses jalan yang layak.Bagi Iman, Way Haru tetaplah merupakan tanah airnya.
Tanah air yang seharusnya sudah merdeka sebab merupakan bagian tak terpisahkan dari NKRI.
Sementara Indonesia sudah merdeka hampir 77 tahun lamanya, namun kemerdekaan itu sepertinya masih belum dirasakan oleh masyarakat Way Haru ini.
“Kami sering merasa minder, kami di Way Haru ini merasa belum sungguh-sungguh merdeka, masih terbelakang, gk tau lagi sudah berapa ratus kali kami mendengar janji tentang jalan yang akan diperbaiki, listrik PLN yang bakal menerangi, tapi nyatanya tak pernah terwujud sampai saat ini," Ungkap Iman Sulaiman petani yang sekaligus tukang ojek trail musiman itu saat ditemui pekan lalu.
"Kami sudah lama menunggu, jika dihitung dari jaman nenek moyang kami, sudah berapa lama, tapi sampai detik ini kami masih bertanya-tanya, sampai kapan kiranya kami harus tetap berharap” Sambungnya.
Mungkin, pendapat Iman tentang arti dan makna Way Haru itu mewakili perasaan dan harapan 9.000 jiwa lainnya warga Way Haru.
Ada sekitar 1.500 rumah tangga di Way Haru mereka hingga hari ini terus bermimpi tentang beragam bentuk kemerdekaan yang dikampanyekan penguasa negeri ini.
Mulai dari merdeka untuk belajar, merdeka pelayanan kesehatan, merdeka atas akses jalan, merdeka penerangan listrik, juga merdeka menikmati fasum-fasos yang setara dengan wilayah lain.
Bahkan mungkin juga merdeka politik, Merdeka mengelola lingkungan mereka sendiri tanpa tekanan dari pemilik modal. Merdeka yang sejati, merdeka yang sesungguhnya.